Friday, February 1, 2019

Mengambil Pelajaran dari Abu Thalib ra dan Umar ra

Dalam sejarah Islam diketahui  Abū Ṭālib ibn ‘Abdul Muṭṭalib (Arab: ابو طالب بن عبد المطلب‎; lahir di Mekkah, Arabia, kr. 539 – meninggal di Mekkah, kr. 619) adalah ayah dari Ali bin Abi Thalib serta paman dari Nabi Muhammad. Nama aslinya adalah Imran (Arab: عمران), tetapi ia lebih dikenal dengan julukan Abu Thalib, yang artinya bapaknya Thalib. (Sumber : wikipedia.com)

Sedangkan 'Umar bin Khattab (Arab: عمر بن الخطاب‎; sekitar 584  – 3 November 644) adalah salah satu sahabat utama Nabi Muhammad, juga salah satu khalifah paling berpengaruh sepanjang sejarah. 'Umar juga digolongkan sebagai salah satu Khulafaur Rasyidin. (Sumber : wikipedia.com)

Keduanya menarik untuk dikaji dan sebagai pelajaran tentang hakikat Hidayah Allah bagi siapa yang dikehendakiNya. Kita mau melihat HIDAYAH ALLAH dan SIAPA YANG DIKEHENDAKINYA.

Di dalam Al-Quran Allah berfirman;

Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (Al-Kahfi: 17)

Abu Thalib adalah paman Nabi Muhammad saw. yang setia menemani dan mengawal Nabi saw. dalam berdakwah. Dari pamannyalah nabi mendapat "pengawalan" dari orang-orang kafir Quraisy yang berusaha memburu dan membunuh Nabi saw. Karena mereka sangat segan terhadap pamannya Abu Thalib. Meskipun pamannya itu bersama keponakannya (Nabi Muhammad saw.) tetapi sampai akhirnya beliau tidak memeluk Agama yang didakwahi Nabi saw. Dalam satu riwayat Nabi memohon kepada Allah swt. agar dibukakan hati pamannya agar memeluk Islam. Tetapi Allah menjawabnya dengan Surah Al-Kahfi ayat 17 yang tersebut di atas.

Sedangkan Umar bin Khattab ra. diketahui beliau adalah termasuk orang yang sangat memusuhi Islam dan berkeinginan keras untuk membunuh Nabi saw. Tetapi akhirnya beliau malah memeluk Islam disebabkan mendengar ayat yang dibacakan oleh adiknya Fatimah. (Fathul Bari 7/176)

Dengan Islamnya Umar ra. semakin meyakinkan bahwa Islam yang didakwahakan Nabi saw. adalah benar dari Allah swt. Bahkan beliau (Umar ra.) berperan besar dan memiliki prestasi yang luar biasa melampaui para sahabat yang lainnya. Diantaranya usulan penghimpunan Al-Quran, membuat Kalender Hijriyah dan berbagai prestasi lainnya.

Pertanyaannya adalah ;
1. Bagaimana bisa begitu bahwa pamannya Abu Thalib tidak memeluk Islam padahal hari-harinya dekat dengan nabi saw. ? Tidak seperti sahabatnya Abu Bakar ra. yang hari-harinya dekat bersama Nabi dan wajar menerima Islam. Tidak demikian dengan pamannya Abu Thalib.

2. Bagaimana mungkin Umar ra. yang begitu keras kekafirannya semula namun akhirnya beliau memeluk Islam bahkan berperan besar terhadap kemajuan agama Allah ini.

"BILA PINTU HATI DIBUKA SEDIKIT SAJA OLEH MANUSIA MAKA ALLAH BERI HIDAYAH DAN IZINNYA"

Dua pertanyaan ini kalau dijawab dengan gampangnya pasti mengatakan "SUDAH KEHENDAK-NYA)". Jawaban itu benar. Tetapi masih meninggalkan "misteri" pertanyaan "Kenapa ?" "Apa Allah sudah merencanakannya dalam "Kitab Lauh Mahfudz" Nya ? Pasti jawabannya "YA". Tapi masih saja belum puas jawabannya. Dan semestinya begitu agar KEBENARAN itu bisa terungkap jelas dan terang. Sehingga tidak lagi nyinyir bertanya. Tetapi itulah gunanya Allah kasih AKAL supaya digunakan "sesuai aturan pakai".

Disini penulis berusaha "menyibak" tabir soal itu untuk menjawab "SIAPA YANG DIKEHENDAKI-NYA".

Menurut penulis (semoga Allah tetap memberikan hidayahNya dan tidak membiarkan sesat) alasan masuk akalnya bahwa MEMANG HIDAYAH MILIK ALLAH. IZIN MILIKNYA. PINTU HATI ADA PADA MANUSIA.

"BILA PINTU HATI DIBUKA SEDIKIT SAJA OLEH MANUSIA MAKA ALLAH BERI HIDAYAH DAN IZINNYA"

"BILA PINTU HATI TIDAK DIBUKA OLEH MANUSIA MAKA ALLAH TIDAK AKAN MEMBERI HIDAYAHNYA APALAGI IZINNYA"

Maka soalnya itu adalah MAU TIDAKNYA PINTU ITU DIBUKA BERDASARKAN MANUSIANYA ITU SENDIRI MESKIPUN SEJATINYA ALLAH JUGA YANG MEMBUKANYA. TETAPI POTENSI TERBUKANYA ITU ADA DI MANUSIANYA. MAU ATAU TIDAK.

Demikian tulisan ini dibuat. Silahkan simpul sendiri. Wallaahu a`lam.

No comments:

Post a Comment

Cara membaca zaman dengan baik dan benar

Pada dasarnya dari dulu dan sampai kapanpun bahwa zaman itu begini begitu saja. Maksudnya selama masih ada matahari terbit di sebelah timur ...

My Blog List