Friday, August 24, 2018

Baca Perseteruan Muawiyah dan Ali ra agar tidak GAGAL PAHAM

Kejadian demi kejadian dalam sejarah tidak hanya sekadar peristiwa tanpa ada hikmah di dalamnya agar menjadi pelajaran bagi orang yang membaca sejarah itu.

Kali ini penulis mencoba menelaah perseteruan Muawiyah dan Ali ra. Dimana keduanya terlibat dalam politik praktis tentang siapa yang berhak menggantikan Khalifah Utsman Bin Affan. Sehingga ummat ketika itu terbelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok Khawarij dan Syi`ah. Kalau dikaitkan dengan hari-hari ini agak-agak miriplah barangkali. Mudah-mudahan bisa diambil pelajaran yang positif di dalamnya.

Khawarij adalah kelompok yang semula dalam barisan Ali ra. kemudian mereka yang tidak puas dengan beliau mengeluarkan diri dari barisannya. Sedangkan Syi`ah adalah barisan yang tetap setiap bersama Ali ra.

Dari sini, ada beberapa pertanyaan yang mungkin bisa saja terjawab atau tidak.

  1. Mengapa keduanya (Mu`awiyah dan Ali ra.) berseteru sehingga berujung perang saudara ? Bukankah keduanya sama-sama menerima Al-Quran bahwa di dalamnya peringatan tentang bahanya berpecah belah 3:103 ?
  2. Katakanlah keduanya hafal dan paling mengerti tentang ayat-ayat yang berkaitan betapa pentingnya persaudaraan dan persatuan. Dan penulis yakin semuanya sepakat tentang itu. Lalu apa penyebab terjadi demikian ? Apa yang salah ?
Mungkin banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu pikiran sebahagian kita. Bahkan ada juga yang mengembosi peristiwa ini sebagai "kemunduran" dan "kegagalan" dakwah nabi Muhammad saw. dan lain sebagainya yang intinya negatif kasus.

Untuk menjawab itu semua, kita mesti melihat kembali di dalam Al-Quran sebagai pedoman bagi yang meyakini bahwa :
  1. Tidak ada peristiwa di bumi ini kecuali semuanya sudah tercatat di lauh Mahfudz
  2. Peristiwa demi peristiwa, apakah baik dan buruk maka pasti ada hikmah di dalamnya. Kalau baik diambil dan kalau buruk dibuang.
  3. Kedua tokoh (Muawiyah dan Ali ra) yang terlibat di dalam perseteruan itu menandakan keduanya adalah manusia biasa. Kemudian dijadikan i`tibar (gambaran) bagi orang-orang yang kemudian (sekarang dan yang akan datang) akan bahayanya firqah (pecah belah). Apalagi berkaitan dengan politik sebenarnya menghasilkan suatu kesepakatan dan kemakmuran.
  4. "Kesalahan" keduanya agak mirip-mirip dengan "kesalahan" nabi Adam as. yang melanggar larangan Tuhan mendekati pohon di surga, "kesalahan" nabi Yunus as yang meninggalkan ummatnya dalam keadaan marah, dan lain sebagainya. Yang mana "kesalahan" itu bukanlah menjatuhkan derajat mereka sebagai nabi dan rasul. Juga sebagai shahabat Nabi (Mu`awiyah dan Ali ra). "kesalahan" itu sebagai peringatan bagi orang-orang kemudian.
  5. Walau demikian, ketika Muawiyah ra. "memenangkan" perseteruan itu kemudian membangun dinasti Umayyah tetapi ada hasil positif di balik itu. Perkembangan Islam dan Ilmu Pengetahuan terus bertumbuh dan "maju" di masa Dinasti Abbasiyah. Meskipun dibalik itu ada lagi perseteruan dan konflik antara kedua Dinasti itu.
Barangkali dengan 5 (lima) poin itu sudah dapat diambil kesimpulan bahwa :
  1. Ini membuktikan kebenaran "tanggapan" Malaikat ketika mempertanyakan "Mengapa Tuhan menjadikan "khalifah" di bumi yang gemar membuat kerusakan dan menumpah darah?" 2:30
  2. Sekelas sahabat saja konflik tidak dapat terhindarkan. Apalagi ummat di zaman "now" yang secara jarak sangat jauh dengan nabi Muhammad saw dan "parahnya" terhadap Al-Quran masih membaca teks ayat dan mengambil fadhilahnya saja serta minim mentadabburi ayat-ayatnya agar diterjemahkan secara nyata.
  3. Kejadian itu sebagai i`tibar (gambaran) bahayanya konflik dan keutamaan ukhuwah
  4. Mengajarkan pentingnya persatuan dan persaudaraan serta berkompetisi secara sehat (fastabiqul khayrat).
  5. Hindari caci maki, hujat menghujat dan saling merendahkan 49:10
  6. Waspadai yang memanfaatkan situasi itu. "Bermain dalam konflik"
Maka hari-hari ini adanya kubu-kubuan atau kelompok-kelompok.Semestinya kelompok-kelompok itu berusaha keras menghindari konflik. Agar tidak meninggalkan sejarah kelam. Apalagi selama masih sekeyakinan, sebangsa dan setanah air maka sikapi saja secara "fastabiqul khayrat". Bagaimana kira-kira dengan sobat ? Sampai disini PAS ya ?

Boleh berbeda tetapi Ukhuwah diutamakan.
Tutupi kesalahan saudaramu dengan menggantikannya tanpa "merusaknya".
Setan musuh yang nyata, Tuhan hanya melarang jangan mengikutinya.

No comments:

Post a Comment

Cara membaca zaman dengan baik dan benar

Pada dasarnya dari dulu dan sampai kapanpun bahwa zaman itu begini begitu saja. Maksudnya selama masih ada matahari terbit di sebelah timur ...

My Blog List