Monday, January 9, 2012

Sikap mukmin dalam menyikapi perbedaan

Sampai saat ini, penulis memperhatikan begitu banyaknya perbedaan di bumi Allah ini. Mulai dari bangsa, suku, dan sebagainya. Sampai-sampai dalam Islam saja ada juga berbeda pemahaman dalam Islam. Sebut saja Wahabi, Salafi, ASWAJA, Tasawuf, dan sebagainya.

Mengenai perbedaan pemahaman dalam Islam, awalnya penulis risih dan seakan-akan terombang-ambing. Mengapa ada golongan-golongan di dalam Islam? Golongan mana yang benar? Apakah dengan memilih satu golongan akan selamat? Dan apa efeknya apabila tidak memilih satu golongan?

Tetapi hari ini saya dapat memaklumi golongan-golongan itu, hanya saja penulis pritahin terhadap pengikut (oknum) yang mengaku pada masing-masing golongan saling mengklim dan saling mencela, menghina bahkan sudah mengarah kepada permusuhan padahal mereka itu sama-sama Islam, satu tuhan (Allah) dan satu Nabi saw. Barangkali kalau beda bangsa, suku dan berkaitan dengan perbedaan umum bisa saja dimaklumi.

Mari kita lihat Ayat-ayat Allah dan Hadist-hadist Nabi saw yang berkenaan dengan masalah tersebut. Insya Allah memberikan pencerahan bagi saya sendiri terutama.

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S.49:13)

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Q.S.2:208)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Q.S.49:11)

[1409]. Jangan mencela dirimu sendiri maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh.

[1410]. Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: hai fasik, hai kafir dan sebagainya.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Q.S.3:102-103)

Dari Abu ‘Amir al-Hauzaniy ‘Abdillah bin Luhai, dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan, bahwasanya ia (Mu’awiyah) pernah berdiri di hadapan kami, lalu ia berkata: “Ketahuilah, sesungguhnya Rasulullah صلی الله عليه وسلم pernah berdiri di hadapan kami, kemudian beliau bersabda, “Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan dan sesungguhnya ummat ini akan berpecah belah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, (adapun) yang tujuh puluh dua akan masuk Neraka dan yang satu golongan akan masuk Surga, yaitu “al-Jama’ah.”

Dari ayat-ayat Allah dan satu hadist, maka kita dapat mengambil beberapa hikmah (kata kunci) dalam memahami maksud ayat dan hadist tersebut agar kiranya memberikan gambaran ideal sikap mukmin dalam menyikapi perbedaan-perbedaan, terutama perbedaan pemahaman Islam :

1. Seluruh manusia dari bangsa, suku, agama apapun, Allah memerintahkan agar saling mengenal.

Mengenal yang dimaksud Allah adalah : Mengetahui, memahami dan menghargai tanpa ada paksaaan dan diskriminasi. Masing-masing bangsa dan suku memiliki kelebihan dan kekurangan. Sedangkan agama, jelas yang paling benar dan diakui Allah adalah Islam. Namun orang Islam tidak serta merta merendahkan dan semena-mena terhadap orang non Islam. Orang Islam dengan non Islam boleh berbeda agama (aqidah/keyakinan) tetapi dalam hubungan sesama manusia (hablum minnaas/sosial) adalah saling menghormati dalam keyakinan masing-masing (lakum diinukum waliyadiin). Jika mengajak mereka masuk Islam, sedangkan mereka tidak mau maka tidak dibenarkan pemaksaan. Begitu juga sebaliknya. Hal ini telah dijelaskan Allah di dalam ayatnya yang artinya "Tidak ada paksaan dalam memasuki agama Islam"

2. Allah terhadap seluruh manusia yang dianggapNya adalah manusia yang bertaqwa kepadaNya. Untuk meraih ketaqwaan, tentunya beriman kepada Allah dan hari akhir kemudian menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi laranganNya maka diapun telah memasuki Agama Allah secara keseluruhan (total). Untuk menjaga nilai ketaqwaan itu salah satunya adalah harus mampu mengenal dan memahami perbedaan yang diciptakan Allah termasuk perbedaan agama dan keyakinan.

3. Allah memerintahkan kepada orang beriman (islam) agar masuk Islam secara total. Arti total (kaffah) tidak setengah-setengah dan dapat diartikan sebenar-benarnya Islam seperti yang agamanya para Nabi dan rasulNya. Untuk menjaga ketotalan (kaffah) itu, Allah melarang mengikuti langkah-langkah syaithan. Syaithan tujuannya hanyalah menyesatkan manusia. Maka langkah-langkah yang dimaksudkan Allah dapat diartikan sifat dan tipu daya syaithan.

4. Allah melarang terhadap sesama orang beriman (orang Islam) saling merendahkan, mencela memberikan gelar. Ini biasanya terjadi dalam pergaulan sehari-hari, terlebih-lebih ketika menghadapi perbedaan dalam memahami agama (Islam).

5. Allah memerintahkan kepada orang beriman (islam) agar bertaqwa dengan sebenar-benarnya (tidak munafik). Artinya Jalankan perintah-perintahNya (ibadah dan bermuamalah) dan tinggalkan seluruh larangannya (syirik, durhaka, ingkar). Dan Allah mengingatkan agar mati dalam keadaan Islam. Itu artinya tiada jaminan bagi setiap mukmin pada saat menjelang kematiannya masih beragama Islam kecuali iman dan amal sholehnya selama ia hidup yang akan menyelamatkannya.

6. Allah memerintahkan berpegang teguh kepada tali (agama) Allah dan melarang berpecah belah. Berpecah belah maksudnya adalah bermusuhan. Apapun golongan, partai, kelompok, suku, bangsa sekalipun tidak dibenarkan menyebarkan permusuhan dan kebencian yang menyulut kepada perpecahan bahkan peperangan.

7. Nabi saw pernah berkata dalam suatu riwayat bahwa ada satu golongan akan masuk Surga, yaitu “al-Jama’ah.” Banyak yang keliru memahami hadits ini. Bahkan ada yang mengklaim bahwa golongannya yang paling benar dan memakai embel-embel Wal-Jamàah, tetapi dalam realitanya justru menunjukkan kebencian dan permusuhan terhadap golongan yang lain. Ini sama saja yang dikatakan Nabi saw akan masuk neraka juga.

Tetapi jika dikaitkan antara hadits Nabi saw dengan ayat Allah di dalam surah Ali Imran : 103 maka kata kuncinya adalah apapun golongannya (Islam) hendaknya jangan berpecah belah, karena masing-masing golongan itu pasti tujuan keyakinan dan gerakannya semata-mata mencari ridho Allah tetapi dengan cara yang agak "berbeda".

Maka penulis berusaha dengan sungguhn-sungguh (ijtihad) mengambil kesimpulan dari beberapa poin pengajaran tersebut :

1. Sikap mukmin dalam menyikapi perbedaan : taàruf (saling mengenal, memahami, dan mengormati), taqwa dan islam sebenar-benarnya, dan persatuan (al jamaàh : Seluruh golongan bersatu).

2. Saling memahami dan menghormati bukanlah diartikan apa yang terjadi pada setiap golongan (baca : ada indikasi melakukan bidàh, khurafat dan tahayul) dibiarkan dan didukung. Kewajiban untuk meluruskan tidaklah behenti tetapi sampaikan dan laksanakan dengan cara yang ma`ruf seperti yang diperintahkan Allah di dalam surah Ali Imran yang artinya :

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung." (Q.S.3:104)

3. Setiap golongan berhak untuk benar dan menjadi yang terbaik di mata Allah. Tetapi yang harus diingat oleh setiap golongan (terutama Islam) seperti kata nabi saw al-jamaàh yang mengandung pengertian tidak memecah belah, mengutamakan silaturrahim, jika berbeda dan ada indikasi menyalahkan maka kiranya yang disalahkan (diluruskan) dapat memaklumi tujuan saudaranya itu dan yang menyalahkan (meluruskan) hendaknya menggunakan cara yang arif dan bijaksana seperti firman Allah swt yang artinya :

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S.16:125)

[845]. Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil

Semoga Allah menunjukkan jalan yang lurus kepada kita semua, yaitu jalan orang-orang yang telah diberi nikmat (anugerah, hidayah, rahmat) Allah dan bukan jalan dimurkainya dan yang sesat.

No comments:

Post a Comment

Manfaat Teknologi AI bagi Pelajar: Mengoptimalkan Proses Belajar di Era Digital

 Di era digital yang terus berkembang pesat, teknologi Artificial Intelligence (AI) telah memberikan dampak signifikan di berbagai sektor, t...

My Blog List