Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji syukur kepada Allah dan sholawat serta salam dimohonkan kepada Allah agar disampaikan kepada Nabi saw, juga kepada keluarga dan para sahabatNya dan orang-orang sholeh yang istiqomah berpegang teguh kepada kitabullah dan sunnah rasul melalui hadist-hadist shohih.
Allah berfirman di dalam surah Al-Humazah : 1 yang artinya
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Q.S.49:11)
Penjelasan :
Dalam surah Al-Humazah ayat 1, Allah mencelakakan (neraka wail) bagi setiap pengumpat (tukang fitnah) lagi pencela (tukang caci dan maki). Artinya ayat ini bukan saja untuk orang-orang kafir (mengingkari Allah dan rasulNya) tetapi juga untuk ummat Islam terutama.
Begitu juga dalam surah Al-Hujurat ayat 11, Allah menegaskan kembali ditujukan khusus kepada orang-orang beriman (Islam) agar jangan merendahkan. Merendahkan seseorang atau kelompok orang Islam lainnya atau Yahudi Nashrani sekalipun biasanya dilakukan dengan cara memfitnah dan mencela.
Kalau kita benar-benar memahami kedua ayat di atas bahwa ada keterkaitan antara satu ayat kepada ayat yang lain. Pada surah Al-Humazah ditujukan untuk manusia (umum) sedangkan pada surah Al-Hujurat ditujukan khusus kepada orang Islam tetapi cara dan tujuannya sama, yaitu untuk merendahkan dan menjatuhkan seseorang atau kelompok manusia.
Pertanyaan :
Mengapa bisa terjadi demikian?
Ada faktor, meengapa seseorang (gemar) melakukan perbuatan tercela itu :
1. Merasa dirinya benar dan orang lain salah
2. Tidak ingin dirinya dipersalahkan atau diluruskan
3. Menjaga kewibawaan
4. Kurang akal
Penyelesaian :
Seharusnya sebagai hamba Allah lagi beriman, yang dilakukan agar terhindarnya perilaku tercela ini adalah :
1. Menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa kebenaran itu hanyalah milik Allah, manusia hanyalah ikhtiar (berusaha) menggapai kebenaran
2. Menerima dengan ikhlas, jika yang diluruskan itu sesuai dengan tuntunan Allah dan rasulNya.
3. Hindari sifat ujub dan jangan melampaui batas
4. Latihlah dan biasakan akal mampu mencerna dalam memahami ayat-ayat Allah secara tersurat (kitabullah dan hadist-hadist shohih) dan tersirat (alam semesta beserta isinya)
Kesimpulan :
1. Hindari fikiran dan cara pandang yang mengotori hati, sehingga mampu menerima kebenaran itu tanpa harus melalui proses yang panjang.
2. Manusia berhak untuk benar tetapi tidak boleh merasa benar.
3. Berikan kesempatan kepada sesama untuk berbuat baik kepada kita melalui nasehat.
4. Bukan wibawa yang membuat kita mulia di mata manusia, tetapi kemuliaan hati-lah (twadhu`) yang membuat kita semakin terhindar dari sifat tercela.
5. Etika mengingatkan orang dengan cara yang tidak menyakiti hati dan begitu juga sippenerima peringatan seharusnya jernihkan fikiran dan hati. bisa saja sesungguhnya saudara kita ingin menyelamatkan dari kesesatan, jika peringatan itu sesuai dengan tuntunan Allah dan rasulNya.
6. Kembalilah kepada Al-Qur`an dan sunnah melalui "Iqro" bacalah dan taati!!
Ya Allah, tunjukilah kami bahwa benar itu adalah benar dan berikan kekuatan kami untuk mengikutinya.
Ya Allah, tunjukilah kami bahwa salah itu adalah salah dan berikan kekuatan kami untuk menjauhinya.
Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat atas mereka (Nabi dan rasulMu serta orang-orang sholeh)
Billaahi sabiilil haq....Fastabiqul khairaat...
Empat Overdosis Penyebab Hati Keracunan (Bag. 4)
16 hours ago